Sebut saja, Raisha, seorang mahasiswi tingkat akhir yang sedang menyusun skripsi. Raisha pun memiliki mimpi dalam jangka waktu terdekat ini. Apakah mimpinya? Raisha b
ermimpi bahwa dirinya lulus sidang skripsi dengan nilai A di semester ini. Ia pun menuliskan mimpinya dalam sebuah buku mimpi.
ermimpi bahwa dirinya lulus sidang skripsi dengan nilai A di semester ini. Ia pun menuliskan mimpinya dalam sebuah buku mimpi.
Raisha adalah mahasiswi jurusan kimia yang tentunya harus penelitian dalam laboratorium untuk bisa lulus di bidangnya. Dalam satu semester, dimana hanya 4 bulan sebagai masa aktif melakukan penelitian hingga masa sidang, Raisha berusaha keras merealisasikan mimpinya; bersungguh-sungguh melakukan penelitian di laboratorium, membaca banyak literature terkait skripsinya dan berkonsultasi dengan dua dosen pembimbingnya.
Tiap mimpi yang diperjuangkan, pasti ada rintangan yang menghadang. Begitupun dengan mimpi Raisha. Di awal skripsinya, belum saja ia terjun ke laboratorium, permasalahan itu datang. Bahan baku yang digunakan dalam penelitiannya belum datang dari Singapore. Ia harus menunggu lama, kurang lebih satu bulan hingga akhirnya bahan baku sampai di tangannya. Lantas, apakah dalam masa menunggu itu Raisha hanya berdiam diri? Tentu tidak! Raisha menggunakan waktunya untuk mencari literature terkait penelitiannya, membaca-baca skripsi sebelumnya, berdiskusi dengan partner penelitiannya untuk menemukan metode yang pas, hingga berdiskusi dengan dosen pembimbingnya.
Ketika bahan baku telah di tangan, maka Raisha pun terjun dalam laboratorium. Dalam jangka waktu satu bulan lagi, ia harus bisa mempresentasikan progress penelitiannya dimana setidaknya 50% sudah terealisasi. Walaupun sudah tertinggal satu bulan dari teman-teman yang lain, ia tetap optimis bisa lulus semester ini. Menginap di laboratorium bersama partner penelitian pun menjadi agenda yang biasa dilakukan menjelang deadline progress report.
Jadwal progress report pun tiba. Penelitian Raisha belum sampai 50% terealisasi. Namun bagaimanapun, ia harus mempersiapkan bahan presentasi untuk dikritisi oleh dosen-dosen Kimia Fisik, bidang peminatan yang diambil dalam skripsinya. Apapun hasil yang sudah ia dapatkan selama satu bulan ini, walaupun tak terlalu signifikan, tetap harus dipresentasikan di depan teman-teman dan para dosen. Ada rasa pesimis di awal dalam hati Raisha untuk bisa menyelesaikan skripsi semester ini, karena nyatanya ia hanya mampu menyelesaikan 25% di saat progress report.
Pesimis ini pun berdampak pada presentasi yang dibawakannya dalam progress report; bahasa yang digunakan berantakan karena masih belum yakin dengan apa yang ia presentasikan. Ketika ditanya para dosen, ia tak yakin dengan apa yang dijawabnya. Bahkan raut wajah dosen pembimbingnya menyiratkan suatu kekecewaan. Raisha sadar sesadar-sadarnya bahwa ia harus bangkit setelah ini. Raisha tak mau membuat dosen pembimbingnya kecewa di akhir sidang skripsi nanti, apalagi penelitian yang dilakukannya adalah sebuah proyek riset dosen yang dibiayai kampusnya. Dan dari progress report itulah, ia mendapat banyak masukan dari para dosen, apa yang harus ia lakukan ke depannya. Cahaya optimis kembali lagi dalam hatinya.
Hari-hari yang dilaluinya menuju seminar hasil penelitian semakin menggebu. Penelitiannya yang banyak memakan waktu, menunggu selama 10-25 jam mereaksikan bahan kimia dalam laboratorium, membuat Raisha dan partner penelitiannya tak bisa meninggalkan lab dan harus menginap. Bahkan pernah suatu kali, Raisha mereaksikan bahan-bahan kimia itu di rumahnya dalam sebuah kamar yang ia sulap menjadi sebuah laboratorium pribadi. Karena bahan-bahan kimia yang direaksikannya sangat berbahaya dengan label tengkorak, ia sangat ekstra hati-hati ketika mereaksikannya dalam rumah. Raisha memilih kamar di atas yang tak bisa dijangkau oleh siapapun dan dikunci rapat-rapat.
Waktu menuju seminar hasil penelitian pun makin dekat, Raisha mempersiapkan presentasi seminar dengan maksimal. Bisa dikatakan seminar hasil penelitian adalah sidang terbuka oleh dosen penguji yang bisa disaksikan oleh mahasiswa di jurusannya. Dan dalam waktu 1.5 bulan setelah progress report, Raisha berhasil menyelesaikan 90% penelitiannya. Raisha makin optimis akan mimpinya.
Dalam seminar hasil penelitiannya yang disaksikan juga oleh adik-adik tingkatnya dan diuji oleh 3 dosen penguji, Raisha bisa melaluinya dengan lancar. Bahkan di akhir seminar, sang dosen pembimbing mengacungi jempol untuknya dan berkata: “hebat kamu bisa jawab pertanyaan dosen penguji. Itu termasuk pertanyaan yang susah loh…” sambil tersenyum.
Cahaya optimis untuk bisa mendapatkan nilai skripsi A di semester ini pun makin terang di hati Raisha. Mendekati masa sidang komprehensif yang bersifat tertutup, hanya ada 3 dosen penguji, 2 dosen pembimbing dan dirinya yang berada di ruang sidang, Raisha makin mempersiapkan bahan presentasinya dan buku hardcover skripsinya untuk diberikan pada para dosen penguji dan dosen pembimbing.
Jadwal sidang komprehensif pun tiba, tepat 3 Januari 2011. Raisha mendapat giliran maju sidang pukul 11.00, tepat setelah partner penelitiannya maju pada pukul 10.00. Sebelum Raisha dan partner penelitiannya maju sidang, mereka menuju ruang dosen pembimbing untuk mohon doa restu. Ketika berada di ruang dosen itu, sang dosen langsung memperlihatkan beberapa lembar kertas kepada Raisha dan berkata: “kamu nulis apa toh, Nak? Aku kira jelek-jelekin aku, dosen pembimbingmu…”
Raisha langsung melihat kertas itu, rupanya sebuah tulisannya yang masuk ke media tentang curhatnya ketika menjalani skripsi penelitian. Dengan rasa penasaran sambil tersenyum-senyum, Raisha pun melontarkan pertanyaan: “hehe… Ibu kok bisa dapet ini, dari mana Bu?”
Rupanya dosen penguji (yang satu ruangan dengan dosen pembimbing) yang menemukan artikel itu ketika mencari di internet tentang penelitian Raisha dan partner penelitiannya. Sang dosen penguji yang ada di ruang itupun tersenyum ke arah Raisha, Raisha pun membalas senyumnya. Dari situ, 2 jam sebelum ia memasuki ruang sidangnya, Raisha semakin yakin akan mimpinya.
Tepat pukul 11.00, Rianti, partner penelitian Raisha keluar dari ruang sidang. Rianti langsung memeluk Raisha dengan sedikit terisak. Tentu saja hal ini sedikit membuat Raisha berdebar-debar. Rianti bercerita tentang kondisi sidangnya. Cerita Rianti membuat Raisha agak sedikit cemas. Tak lama kemudian, Rianti kembali diminta masuk ruang sidang untuk diberitahu nilai skripsinya. Raisha di luar menunggu Rianti sekaligus menunggu gilirannya masuk ruang keramat itu. Rianti keluar, lagi-lagi disambut pelukan Raisha dan Rianti memberitahu bahwa nilai skripsinya A-. Raisha makin berdebar.
Pukul 11.15, Raisha dipersilakan memasuki ruang sidang. Sebelum masuk ruang sidang, ia kembali berdoa, mencoba memvisualisasikan mimpinya sedetail mungkin.
Raisha memasuki ruang sidang, memberi salam kepada para dosen penguji sekaligus dosen pembimbing. Raisha dengan sangat PD membuka slide presentasinya dan mempresentasikannya selama 15 menit. Kemudian dilanjutkan pertanyaan komprehensif oleh dosen penguji sedangkan dosen pembimbing hanya memperhatikan saja. Tanya jawab dalam sidang komprehensif itu dirasakan sebagai diskusi biasa bagi Raisha. Tak ada ketegangan. Hingga akhirnya, para dosen penguji merasa puas dengan jawaban yang terlontar dari Raisha tanpa dibantu oleh dosen pembimbing. Raisha diminta keluar ruang sidang untuk memberikan waktu para dosen berunding tentang nilai skripsi Raisha. Raisha diminta masuk kembali untuk diumumkan nilai skripsinya dan sang ketua penguji mengumumkan bahwa Raisha mendapat nilai A. Raisha tersenyum dan langsung sujud syukur saat itu juga.
Ya, itulah visualisasi mimpi Raisha yang ia visualisasikan di hadapan Allah beberapa hari sebelum sidang skripsinya dalam shalat malamnya. Dan kini, Raisha pun bersiap memasuki ruang sidang.
Dan apakah yang terjadi selama di ruang sidang? Ternyata apa yang Raisha visualisasikan mewujud menjadi kenyataan di ruang sidang. Raisha pun lulus sidang dengan nilai A. Allahu akbar!
****
Mimpi
Tiap orang mungkin punya mimpi
Tapi hanya sedikit yang mau menuliskannya
Dari sedikit yang menuliskannya
Lebih sedikit lagi yang berusaha keras tuk merealisasikannya
Dan dari yang berusaha keras merealisasikannya
Hanya segelintir orang yang mampu memvisualisasikannya
Hingga akhirnya mewujud menjadi nyata
Ya! Tingkatan paling tinggi dari seorang pemimpi adalah ketika ia mampu memvisualisasikan mimpinya hingga akhirnya menjadi sebuah kenyataan. Tak banyak memang yang bisa melakukannya. Hanya orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam mimpinya-lah yang mampu merealisasikannya.
Visualisasi mimpi bukanlah hal yang muncul begitu saja. Seorang pemimpi tak bisa serta merta memvisualisasikan mimpinya tanpa usaha sungguh-sungguh dalam dirinya dan tanpa doa yang sungguh-sungguh pula pada Tuhannya.
Ketika ia menuliskan mimpinya, maka akan ada keyakinan dalam diri untuk bisa merealisasikannya. Namun tentu saja akan ada banyak rintangan untuk merealisasikannya. Bagi mereka yang tak siap memperjuangkan mimpinya, maka mimpi itu hanya akan terus tetap berada dalam kertas tanpa aksi nyata. Bagi mereka yang bersungguh-sungguh memperjuangkan mimpinya, maka merekalah yang mampu untuk merealisasikan mimpinya. Dan bagi mereka yang berjuang penuh kesungguhan disertai kesungguhan doa-lah, yang mampu memvisualisasikan mimpi dan atas kehendakNYA mimpi itu terealisasi.
Namun jika pada akhirnya atas kehendakNYA, mimpi itu tak terealisasi sesuai visualisasi mimpinya, ia tetap optimis bahwa yang ia dapatkan sekarang adalah yang terbaik dariNYA. Orang yang seperti ini, yang melakukan sesuatu penuh kesungguhan disertai kesungguhan pula dalam berdoa, tak kan merasa sia-sia atas apa yang dilakukan untuk merealisasikan mimpi walau akhirnya tak sesuai dengan apa yang ia visualisasikan.
Yuk Visualisasikan Mimpi-Mimpi Kita di Tahun 2012 ini…
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/01/17934/yuk-visualisasikan-mimpi/#ixzz2Q35kOVrQ