Minggu, Mei 17, 2009

Sebuah Pujian Buat Pantai Pangandaran

It’s real one hundred persent yang dinyanyikan oleh orang Bandung yang namnya Sumbang-sumbang tea yang judulnya “Sisi laut Pagandaran..” Pantai Pangandaran memang memberikan daya tarik tersendiri bagi para pecinta keindahan, bagi para traveler yang selalu mencari kepuasan dibalik keindahan alam semesta ini. Aku menyaksikan sendiri dengan sahabat-sahabatku gemuruh ombak pantai Pangandaran yang indah bahkan aku dan sahabatku tak bosan-bosan berselancar hingga matahari tenggelam.


Sebelum Keberangkatan

Sebelumnya aku senang sekali aku bisa jalan-jalan lagi dengan dua sahabatku, Hari dan Mefhta. Kami sudah lama tidak berpergian bersama, terakhir kami hiking ke Kawah Ratu Gunung Salak Bogor 2 tahunan yang lalu. Ya, Lebaran kemarin kami pergi ke Pangandaran tempat yang kami bayangkan sebelumnya ketika kami ke Tasik dulu. Haha.. akhirnya kesampaian juga. Memang susah mencari waktu yang pas untuk pergi bersama, maklum sekarang kami sudah berpencar dan memiliki kesibukan masing-masing.

Sebenarnya aku masih lelah, karena waktu itu aku baru pulang mudik dari Jawa, tapi karena ini kesempatan yang jarang maka tak masalah bagiku. Ini benar-benar acara yang tidak direncanakan sebelumnya, ide ini muncul ketika aku masih ada di Jawa. Temanku pernah bilang kalau sesuatu yang tidak direncanakan malah sering terlaksana, tetapi sebaliknya sesuatu yang kita rencanakan terakadang sering gagal. Kalau menurutku sih ada benarnya juga, tetapi masih bisa diperdebatkan juga. Kalau dipikir-pikir kenapa yang sudah kita rencanakan selalu gagal adalah karena kita tidak komitmen dengan apa yang kita rencanakan alias hanya keinginan selewat, bisa jadi yang kita rencanakan hanya sebatas dibibir saja, bukan dari keinginan hati yang sungguh-sungguh. Itulah rencana, dibutuhkan komitmen.

Bawa Tas Gede

Aku telah mempersiapkan segala sesuatu yang aku butuhkan untuk berpergian. Aku memakai tas buat hiking yang isi 80 liter. Lumayan besar buat dibawa-bawa. Saya isi tas gede itu sama pakaian ganti untuk 3 hari di pantai buat kemping di pantai, selain itu saya isi makanan, alat masak: piring, sendok, garpu, dan tidak lupa membawa bumbu masak: cabai, garam, gula, kecap, tomat, haha pokoknya kaya kita mau bikin sambel aja, hehehehe.

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu datang juga. Hari itu hari Kamis (aku lupa tanggalnya, yang jelas beberapa hari setelah lebaran kemarin). Aku berangkat dari rumah sehabis shalat zuhur. Aku janjian dengan Hari di stasiun Bogor. Sedangkan Mehfta menunggu di stasiun Kiara Condong Bandung nanti malam. Yup, Mefhta akan mencegat kereta kami yang berangkat dari Jakarta jam 8 malam, jadi sekitar pukul 11 malaman dia sudah nunggu di sana.

Berangkat ke Jakarta

Aku ketemu Hari di stasiun dan siap berangkat ke Jakarta dengan kereta kebangggaan orang jabodetabek haha. Murah meriah dengan beli karcis 2500 rupiah bisa nyampe Jakarta padahal jaraknya berpuluh-puluh kilometer lewati rumah-rumah sama tumpukan sampah sepanjang rel. Ongkosnya sama kayak naik angkot dari rumah ke jembatan merah. Naik kereta api memang super murah.

Seperti biasa setiap kami tiba di Satasiun Jakarta Kota kami terbiasa membeli mie campur bakwan yang dipotong-potong kemudian dikasih bumbu kacang yang dijajakan di samping rel kereta api stasiun Kota. Ya itulah mie paforit yang sudah menjadi ritual kami sebelum berangkat menuju tempat yang jauh.

Setelah sampai di sana kami harus menunggu beberapa jam untuk mendapatkan tiket Jakarta-Banjar. Karena loketnya baru dibuka jam 6 sore. Karena masih lama kami mencari masjid dekat stasiun untuk istirahat; shalat, tidur-tiduran, dan makan siang di sana. Setelah lama menunggu akhirnya jam 6 tiba juga. Kami bersiap-siap untuk meninggalkan masjid. Setelah shalat maghrib, kami keluar masjid menuju stasiun untuk membeli tiket. Setelah membeli tiket, kami duduk di bangku menunggu kereta datang.

Kamis, Keberangkatan Jakarta-Banjar Naik Kereta

Kereta yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul juga. Kereta jawa yang sudah dipastikan jelek dan kotor. Tapi biarpun jelek dia bermanfaat lho, dia telah berjasa dan tak bosan-bosan ngankut manusia dua kali sehari pagi dan malam. Setelah kereta datang kami langsung buru-buru naik takut gak kebagian tempat duduk soalnya yang mau naik gak hanya kita, inilah yang paling khas dari kereta ekonomi siapa yang cepat dia pasti dapat.

Keindahan kereta ekonomi Indonesia

Benar bayanganku tadi, ketika kami masuk wow! Pemandangan super kotor nampak di permukaan. Sampah berserakan di mana-mana mulai dari botol air mineral, bungkus makanan, koran bekas, dan kotoran lain yang gak jelas namanya. Gak hanya kotor kamar mandinya juga bau pesing hasil pembuangan orang-orang kereta, bahkan saking baunya orang yang mati juga bisa hidup kembali kalau dimasukan ke dalam WC ini hahaha. Selain itu lampu di gerbong kami juga mati ditambah bangku kereta yang sudah jelek menambah kesereman dalam kereta. Tapi ketika kereta mau berangkat lampu di gerbong kami menyala, syukurlah. Tadinya sudah siap mau main uka-uka di belakang.

Kereta pun sedikit demi sedikit mulai bergerak meninggalkan markas besarnya yang masih saja kokoh hingga sekarang dan kami akan memulai babak pertama perjalanan kami. Sambil menikmati geraknya kereta, aku asyik mengobrol dengan Hari. Suatu ketika Hari mendapat telepon dari salah seorang karyawan sebuah restoran di Jakarta, ya Hari mendapat panggilan kerja dan harus datang besoknya. Hari menjadi bingung soalnya dia sedang di perjalanan menuju Pangandaran dan gak mungkin balik lagi. Akhirnya terpaksa deh Hari harus melepaskan kesempatan itu. Ya itulah namanya takdir, andaikan Hari bisa memutar waktu. Memang dalam kondisi seperti itu, dalam kondisi yang tidak bisa berbuat apa-apa kecuali Allah kita hanya bisa tawakal. Mungkin kejadian seperti ini sering menimpa dalam kehidupan kita sehari-hari. Banyak kejadian yang tidak diharapkan menimpa kita. Dalam kondisi ini kita sebagai hamba Allah yang baik harus benar-benar ridho dengan apa yang terjadi meskipun pahit. Karena kalau kita pikir-pikir rido gak rido terhadap apa yang sudah terjadi tidak akan mengubah apa yang terjadi. Kalo gitu mendingan rido daripada dongkol yang hanya dapat mengotori hati kita. Be positive thingking lah!

Keasyikan ngobrol akhirnya kereta kami sudah mau mendekati stasiun Kiara Condong dimana sahabat kami Mehfta menunggu dengan sabar (sabar kali ye..) di sana. Menunggunya mungkin bagaikan menunggunya seorang istri kedatangan sang suami dari medan perang yang sudah lama pergi haha lebai. Ya dia harus menunggu sabar kami karena dia sudah datang di stasiun jam 11 malam sedangkan sekarang sudah hampir mau jam satu malam. Berarti dia sudah nunggu hampir 2 jam lamanya. Tapi aku yakin Mefhta orangnya sabar, baik hati dan tidak sombong dan rajin menabung di warung-warung.

Hari Jumat Nyampe juga di Banjar,

Akhirnya naympe juga keretanya di stasiun Kiara Condong. Sebenarnya kami mau nyumpet biar Mefhta nyariin kita, tapi ah gak keburu wajahnya terburu masuk ke gerbong. Main Cing Umpetnya jadi gak jadi deh. Aku senang bisa ketemu Mefhta lagi soalnya dah lama gak jalan-jalan bareng lagi. Sayang dia cowo coba kalo cewek eh istri maksudnya sudah aku... hayo jangan ngeres.

Kereta melanjutkan perjalanannya menuju Timur. Selama perjalanan kami banyak mengobrol. Tapi gak lama aku tidur, abis ngantuk sih, kecuali Hari Lesmana yang rela berkorban jiwa raga tanpa pamrih ikhlas lahir batin berjaga memperhatikan setiap stasiun yang dilewati, karena dia takut satasiun Banjar terlewat. Maklumlah dia biasa jaga malam di Kec. Tamansari nemenin pegawai kecamatan hehehe. Oh ya di perjalanan kita kenalan sama anak Jakarta yang sama-sama mau ke Pengandaran. Mereka bertiga bawa gitar. Mau ngamen kali ye di Pengandaran hehe.Setelah beberapa jam berlalu akhirnya kereta kami tiba juga di Stasiun Banjar tepat Azan Subuh berkumandang alias pukul 5 pagi. Senang rasanya menginjakkan kaki di daerah yang baru, momen ini tidak akan pernah aku lupakan

Lalu kami keluar stasiun untuk mencari masjid mau shalat Subuh sebelum melanjutkan perjalanan ke Pantai. Baru aja kita nongol para sopir angkutan sudah meneriakkan kami dan merayu kami untuk naik ke mobil tiga perempatnya. Ada satu sopir yang kukuh membututi kami meminta kami untuk naik ke mobilnya, tapi kami tetap menolak karena kami mau sholat dulu. Tahu gak ternyata yang ada di angkot itu adalah 3 orang Jakarta yang ketemu di kereta tadi. Terus aja tuh sopir ngikutin kita. Setelah berjalan sekitar 10 menitan akhirnya kita menemukan masjid. Masjidnya ada di dalam kampung, nah di situ si sopir gak bisa ngikutin kita lagi deh.

Kami langsung menaruh barang-barang kami dan siap-siap untuk shalat Subuh. Setelah salat kami istirahat di sana melepaskan lelah dan kantuk. Lumayan bisa istirahat beberapa jam. Masjid memang tempat paforit kami untuk istirahat setiap kali kami sedang melakukan perjalanan jauh. Abis gratis sih dari pada harus menyewa penginapan. Lagian berdiam di masjid berpahala lho asal jangan lupa niat ibadah.

Setelah rasa lelah kami hilang pagi-pagi perut kami terasa lapar. Untung ada warung di dekat masjid. Kami sarapan pagi di warung itu. Sarapan pake gorengan dan minum teh asli buatan kota Banjar terasa nikmat sekali membuat kami semangat dan tak sabar untuk melanjutkan perjalanan kami. Orang-orang di sana baik-baik dan kami dikasih air minum satu botol besar karena mereka tahu kita kehabisan air minum. Beda dengan orang Kota kaya di Jakarta yang individualis dan penuh kecurigaan. Saking curiganya masjid-masjid di Jakarta banyak yang digembok di luar jam shalat. Wajar sih karena sering terjadi kehilangan.

Setelah kami puas sarapan kami bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan kami. Waktu menunjukkan sudah pukul 8 pagi. Kami mengemas barang-barang kami dan siap untuk meninggalkan masjid. Setelah kita keluar gang tahu gak siapa yang kami ketemui? Ha ha ternyata sopir yang tadi pagi masih setia nungguin kita. Geblek! Kuat juga dia ya nungguin kami padahal kami sudah 3 jam di masjid. Setia amat ya tuh orang tapi anehnya 3 orang yang Jakarta sudah tidak ada. Mungkin sudah kabur kali gak tahan nungguin kita hehehehehe.

Kami tetap kukuh tidak mau naik angkotnya. Kami ingin naik mobil yang lain yang lebih murahan atau kalo bisa ngebe-em ke sana biar gratis. Akhirnya si sopir nyerah juga dan tidak mengikuti kami lagi. Sebelum kami naik mobil, kami foto-foto dulu di depan gedung DPRD Kota Banjar buat kenang-kenangan. Jadi kami ingin setiap tempat yan kami kunjungi ada fotonya soalnya jika tidak ada fotonya agak kurang berkesan. Pernah aku waktu SMA dulu hiking ke Gunung Gede Bogor dan tak satupun dari kami yang membawa kamera, sayang sekali memang padahal pemandangan Gunung Gede sangat sangat indah sekali apalagi pas di lembah sunter yang sangat dingin dan dikelilingi bunga abadi.

Kalo boleh berpendapat tentang keaadaan Kota Banjar, Kota banjar sangat sederhana sekali dan nampak bukan sebuah kota sebagaimana kota besar di daerah lainnya. Setidaknya itulah yang saya lihat di sekitar gedung DPRD Kota Banjar. Di Depan DPRD hanya ada sebuah jalan besar yang terbentang lurus dan toko-toko yang berjejer sepanjang jalan. Di belakang toko-toko tersebut adalah perkampungan warga. Perkampungan warga yang sangat ramah dan bersahaja. Di sana juga tidak ada gedung-gedung tidak seperti kota-kota lainnya di mana yang namanya kota biasanya terdapat gedung-gedung walaupun tidak begitu besar. Di sini terlihat adanya kesenjangan antara Kota Banjar dengan kota-kota lainnya dan nampaknya tidak hanya kota Banjar, masih banyak lagi kota-kota di daerah yang masih tertinggal pembangunannya. Di sini juga kita bisa simpulkan bahwa tidak meratanya pembangunan di Indonesia, jadi jangan salah banyak orang-orang daerah yang merantau ke Jakarta atau kota-kota besar lainnya untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

Naik Mobil Bak Terbuka

Serelah puas befoto, kami siap melanjutkan perjalanan kami. Tiba-tiba ada sebuah mobil bak terbuka mendekati kami dan menawari kami naik. Tidak gratis sih tapi lebih murah lah kami hanya bayar 30 ribu bertiga sampai bibir pantai Pangandaran. Akhirnya kami putuskan untuk naik. Seru banget, kami tertawa riang sepanjang perjalanan,

berteriak, rasanya asyik banget tidak bisa diungkapan dengan kata-kata. Kami berfoto, merekam dengan video, pokoknya keren abis. Angin terasa kencang menampar wajah-wajah kami karena mobil yang kami naiki melaju dengan cepat mengikuti jalan raya yang panjang dan lurus. Sungguh pemandangan yang indah. Samping kanan dan kiri jalan masih nampak asri apalagi ketika sudah mendekati pantai. Jalan yag berkelok-kelok dihiasi dengan pohon kelapa yang berjejer rapi. Bukit-bukit dan gunung nampak memamerkan kecantikannya kepada kami, sawah yang masih terbentang luas menambah ketentraman hati para pemilik mata. Perjalanan lumayan lama hampir 2 jam lamanya. Akhirnya kami sampai juga di depan pintu gerbang Pengandaran. Sebenarnya kami hanya diantar sampai pintu gerbang saja tapi karena kemurahan sang sop

ir kami diantar sampai tepat pinggir pantai Pengandaran. Soalnya kalo kita diturunkan di pintu gerbang kita masih harus berjalan kaki lagi sekitar kurang lebih 2 KM. Lumayan jauh.


Nyampe juga di Pantai

Saya penasaran dan ingin rasanya ingin cepat sudah berada di pantai. Akhirnya air laut yang biru nampak di hadapan kami dan kami siap menginjakkan kaki kami yang pertma kalinya di pantai Pengandaran. Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada sang sopir atas kebaikkannya mengantarkan kami sampai pantai, semoga amal kebaikannya di balas oleh Allah Swt amin.

Ketika kami tiba di pantai ramai sekali dipenuhi oleh orang-ora

ng yang sedang asyik menikmati pantai. Ada yang berenang, berjalan di pa

ntai, bermain bola, ada yang naik kuda, motor-motoran, ada yang naik perahu wisata, dan banyak pedagang yang sedang berjualan mencari keuntungan di sana dan tidak lupa suara petugas pantai yang tidak bosan-bosannya memperingati pa

ra perenang agar tidak berenang terlalu jauh.


Tidak lama kami tiba di pantai kami langsung berjalan menuju pantai. Langkah demi langkah arkhirnya kami sampai juga di pinggir pantai dan saya dan Mefhta melepaskan tas dan langsung berenang kegirangan seperti tidak pernah ketemu air pantai saja. Byur..! Memang benar kami sudah lama tidak menyentuh air pantai, terakhir kali ketika kami ke pantai Pasir Putih Anyer Cilegon beberapa tahun yang lalu. Kami asyik berenang sa

mbil memanggil Hari untuk ikut berenang, tapi dia gak mau. “Ha

yo Har neyebur!” sahut aku. Mungkin tanggung kali ya soalnya bentar lagi kan mau sahalat Jumat. Kami pun tidak lama berenang karena kami harus siap-siap shalat jumat. Kami pun keluar dari pantai dan

mencari masjid. Masjidnya tidak terlalu jauh dari tempat kami turun tadi.

Setelah shalat Jumat kami tidak langsung pergi. Kami beristirahat dulu sebentar di masjid karena kami masih terasa lelah dan nagantuk apalagi Hari yang bergadang di kereta. Akhirnya kami putuskan untuk tidur sebentar di masjid. Setelah tidur terpuaskan perut kami kok terasa lapar maka kami harus mengisi perut kami sebelum ke pantai. Masing-masing dari kami mengeluarkan semu

a makanan yang kami bawa. Mulai dari aku, aku mengeluarkan mie, minuman sereal, makanan kering dan satu bungkus bumbu masakan: ada tomat, cabei, kecap, sasa, wortel, bawang putih, merah, garam, plus talenannya hehehe dll. Sedangkan hari mengeluarkan kompor gas kecil, ikan teri, satu botol besar minuman Fanta, kacang goreng dan makanan-makanan kering sisa lebaran sedangkan Mefhta mengeluarkan beberapa makanan ringan, jajanan snack, satu botol madu, beberapa saset minuman jahe dan makanan lainnya. Benar-benar akan ada pesta makanan Mau? Tidak terasa azan Asar telah

tiba kami harus segera menyel

esaikan makan kami dan

mulai bersiap untuk shalat Asar.

Setelah shalat Ashar kami membereskan barang-barang kami dan segera bergegas menuju pantai untuk mencari tempat untuk mendirikan tenda. Setelah keluar masjid kami ternyata tidak langsung mendirikan

tenda kami malah asyik mencari tempat yang enak buat berenang. Di sana

banyak sekali orang yang be

renang ditemani dengan beberapa penjaga pantai yang berpatroli dengan jetski mereka mondar mandir dari Barat ke Timur. Ya, penjaga pantai harus extra kerja keras untuk menjaga para perenang agar tidak berenang terlalu tengah karena arus ombak pantai Pangandaran sungguh luar biasa besar. Ternyata dibalik keindahan ombak Pangandaran tersimpan kekuatan yang menakutkan yang bisa memakan siapa saja. Kami juga mendengar di sini sudah beberapa orang tewas terbawa arus beberapa hari se

belumnya. Hi.. serem. Tapi jangan khawatir di sini pengamanannya l

engkap selain dilengkapi Jetski dan pengeras suara di setiap pos

pengamanan yang menempati hampir di setiap sudut pantai, di sana juga terdapat mobil namanya Beach Patrol, ya, kayak di film Baywacth yang di RCTI dulu tapi yang jel

as di sini lifeguardnya laki-laki semua lho! Jadi jangan harap mata Anda melotot mencuri-curi pandang hehe. Memang luar biasa pengamanannya di sini dibandingkan dengan pantai-pantai lainnya yang pernah kami kunjungi sebelumnya.

Di arah sebelah timur dari tempat kami berenang nampak beberapa anak kecl sedang berlatih selancar. Kami pun tertarik untuk melihatnya karena kami tidak pernah melihatnya secara langsung. Kami pun mulai berjalan menuju ke sana. Sungguh pemandangan

yang indah. Mereka berselancar menaklukkan ombak yang terus melaju suaranya bagaikan suara kereta api diesel jurusan Jawa yang sedang melaju. Di sana juga nampak dua pemuda bule dengan pedenya sambil membawa selancar memasuki pantai dan bergabung de

ngan mereka. Dua orang bule itu sungguh melengkapi keindahan Pantai Pangandaran

Sungguh disayangkan kami hanya sebentar melihat mereka berselanc

ar karena mereka harus cepat-

cepat pulang karena matahari sudah nampak mau pamit. Namun aku sempat menanya

kan kepada salah seorang dari mereka mengenai setiap hari apa mereka biasa latihan selancar.

Ternyata mereka biasa latihan selancar setiap sore. Ini dia hasil jepretan saya. Bagus kan and kerens.


Sehabis asyik melihat bocah Pengandaran latihan selancar, kami

pun segera pergi mencari tempat untuk mendirikan tenda. Kami selusuri pantai melihat-melihat untuk men

cari tempat bermalam kami. Sempat saya berbeda pendapat dengan si Komet panggilan buat Mefhta tentang tempat yang cocok buat mendirikan tenda. Kami berdua saling berargumen mempertahankan ego masing-masing. Saya juga sempat ngambek yang hanya ditunjukkan dalam hati dan mungkin sedikit nampak dalam raut wajah saya. Mefhta inginnya disebelah sini sedangkan saya ingin disebelah sana. Semuanya saling memberikan argumen merasa pendapatnya paling benar. Sedangkan Hari bersikap golput alias netral tidak memihak. Namun saya dan Mefhta akhirnya bersepakat. Ini dikarenakan masing-masing berusaha ada yang mengalah. Tidak tahu siapa yang mengalah yang jelas tidak terjadi perang dingin dan tempat yang dipilih adalah tempat usulan Mefhta. Di sini saya mendapatkan pelajaran bahwa saya masih belum bisa mengalah saya masih mement

ingkan ego saya sendiri tanpa melihat pendapat dari kacamata orang lain.


Masang Tenda


Setelah sepakat kami pun bersiap-siap mendirikan tenda di pinggir pantai dekat beberapa pohon kelapa yang berjejer di samping tenda. Ini pertma kali bagi kami mendirikan tenda di pantai. Dulu pernah sih nginap di pantai tetapi itu tidak pakai tenda tetapi hanya pakai alas saja beratapkan langit biru ditemani pohon kelapa. Nginep di pantai susah-susah gampang. Susahnya adalah pasir selalu nempel di kaki apalagi kalau kaki kita basah. Sungguh repot memang. Tapi asiik sih kami bisa mendengar deru suara ombak, sehingga kami bisa melupakan kaki kami yang kotor. Berbeda den

gan di gunung. Kalau di gunung kendalanya adalah hanya cuaca yang dingin sehingga saking din

ginnya kita tidak bisa apa-apa karena menahan rasa dingin.


Tenda kami dipasang menghadap pantai sehingga kita dapat melihat ombak dari dalam tenda sambil makan-makan. Pernah ada kejadian yang membuatku geli. Waktu itu aku pernah ditinggal sendirian di dalam tenda karena Hari dan Mefhta sedang berada di mushola sedang sholat Isya. Ketika aku asyik tidur-tiduran tiba-tiba aku didatangi seorang pengamen yang tidak lain adalah bencong. Dia bernyanyi dengan nada kaga jelas tapi bukan itu yang bikin geli tapi dia sempat bilang “sedot” gak tahu apa maksudnya hi geli deh.

Untung tuh si bencong segera pergi. Aman deh! Pokoknya kalau neginap di Pengandaran harus siap-siap deh dengan yang namanya bencong soalnya di sana banyak sekali bencong berkeliaran di malam hari. Kalo perlu bawa pentolan buat jaga-jaga takutnya nanti kamu diperkosa lagi jadi bisa kita pentung hehehehehehe.

Asyik juga ya tidur di pantai sambil mendengar suara ombak yang tiada henti-hentinya. Di luar tenda masih terdengar orang-orang yang berjalan-jalan di Pantai bahkan main motor-motoran dan juga para bencong yang sedang mencari mangsa hehehehehe. Namun menjelang tengah malam orang-orang sudah mulai sepi. Begitu juga kami yang sudah mulai mengantuk kami pun tidur. Ya, kami harus segera tidur untuk bersiap-siap menyambut hari esok. Yang terbayang dipikiranku adalah besok akan berenang, asyik euy! bisa selancar lagi kayak dulu di anyer. Walaupun bukan selancar benaran tapi lumayan daripada lumanyun hiks!.


Sabtu, Menyambut pagi hari.

Azan Subuh sudah mulai terdengar di telingaku, aku pun segera bangun karena azan bagiku adalah panggilan untuk beribadah kepada-Nya. Kami harus bergiliran shalat Subuh karena tenda tidak bisa ditinggal dalam keadaan kosong bisa-bisa barang kami ludes nanti gak bisa pulang deh mamah papah nanti nyariin bisa repot jadinya haha. Maka aku dan Mefhta yang shalat duluan sedangkan hari nungguin tenda.

Sehabis shalat aku sempat photo-photo, ini dia salah satu jepretan saya, Si Mehfta sedang bergaya menunjukkan kehebatannya dengan gaya tangan memukul ke depan tapi perhatikan deh matanya lebih dekat, nampak pandanngannnya lurus kosong tanpa beban tapi yang jelas belum mandi hi......Baux. Tapi keren sih backgroundnya. Habis photo-photo kami masak air panas deh buat bikin kopi alias nyanet cuman gak pake pisang goreng dan bakwan. Nyanetnya pake makanan-makanan snack, elitan dikitlah. Masa di Bogor makan gorengan di sini makan gorengan gak seru ah.


Cahaya makin terang dan matahari pagi mulai menampakkan wajahnya seiring dengan hadirnya mentari diriku makin tak sabaran mau berselancar ria. Tadinya mau pagi-pagi berenang tapi cuaca masih terasa dingin maka kami harus sedikit bersabar menunggu udara terasa hangat. Jam delapanan kami mulai mencari yang menyewakan papan selancar. Walaupun selancarnya tiruan alias terbuat dari spon tapi lumayan buat main superman-supermanan di atas air. Harga sewanya kalo gak salah sepuluh ribu rupiah untuk satu spon seharian nonstop. Makin siang maka makin banyak orang yang berenang di pantai apalagi waktu itu masih termasuk liburan hari lebaran.


Setelah dapet sponnya saya, Mehfta, dan hari langsung memasang kuda-kuda menunjukkan kejantanan kami berlari dengan kencang menuju pantai byurrrrrrrrrrr!!!!! Seru banget pokoknya di hati sudah niat mau sampe sore ah berenang. Moment ini membuat aku terkenang ketika kami ke pantai Pasir putih Anyer Banten dulu. Ombak di sini gede banget, ada satu daerah yang ombaknya tuh besar banget karena pantainya lumayan landai. Namun kami gak lama berenang di daerah situ karena dilarang sama lifeguard. Lifeguard menggiring kami dan orang-orang untuk pindah ke tempat lain. Ombak Pangandaran memang luar biasa pantesan pantai Pangandaran menjadi terkenal oleh para wisatawan lokal. Kami tidak sepanjang waktu berenang ada saatnhya kami beristirahat dulu mampir ke tenda makan cemilan. Supaya mudah kami menjangkau pantai kami geser tenda kami sehingga dekat dengan pantai. Jadi kalo kami lapar atau haus tinggal ke tenda deh.


Untuk bisa berselancar alias supermen-supermenan kita harus ke tengah untuk mendapatkan ombak yang tinggi soalnya kalo gak tinggi kita gak akan bisa selancar deh. Gampang-gampang susah sih kita harus tepat banget ketika ombak ada di hadapan kita, dan ombaknya harus besar kita harus sudah siap-siap posisi supermen. Kalo gak pas kita bukannya maju malah kegulung ombak. Senang rasanya deh kalo berhasil, kita bisa kebawa ombak sampai pinggir pantai. Pokoknya seru banget. Aku dan Mefhta banyak berhasilnya tapi kalo hari jarang berhasil sampai pinggir pantai mungkin karena dia agak gendut kali ya jadi gak bisa buat jaga keseimbangan. Jadi buat yang gendut-gendut perlu diet dulu biar bisa selancar hehehehehe.


Selain berenang, kami juga main pasir-pasiran.

Ya, mereka main pasir-pasiran ketika aku dengan khusyunya berselancar sendirian. Ya si Hari dikubur dengan pasir hanya tinggal kepala botak yang kelihatan. Katanya mereka sih ketika itu orang-orang pada ngeliatin abisnya aneh sih, sebenarnya ada satu hal yang menyebabkan orang-orang pada ngeliatin, tapi gak mau bilang ah soalnya agak... hehehehehehe. Tapi yang jelas ide mereka aneh dan kreatif, memang kita orang-orang yang aneh yang bikin orang jadi aneh ngelihat kita.

Ke pasir Putih, Cagar Alam Pangandaran

Ngelihat orang-orang naik perahu ke pantai Pasir Putih disebelah Barat membuat kami tertarik untuk mencobanya, kayaknya asyik bisa naik perahu ke sana. Kata Abang-abang perahunya kalau kita kesana kita bisa bersnokling (sambil menunjukkan photo-photo ikan-ikan dan batu karang yang ada di sana). Sebenarnya untuk bisa ke Pasir Putih bisa melalui Pintu Cagar Alam, karena pasir putih tersebut nyatu dengan Cagar Alam. Jadi kami berfikir dan menimbang-nimbang lebih baik masuk lewat pintu Cagar Alam karena karcis masuknya murah kalo gak salah 3500 rupiah per orang. Akhirnya kami putuskan untuk lewat cagar alam. Kami berjalan menyusuri pantai dibawah terik matahari yang sangat panas menyengat menuju Cagar Alam. Kami menerobos keramain dengan penuh semangat kadang kami menerobos warung-warung yang mangkal disepanjang pantai karena hanya lewat warung tubuh kita selamat dari segitnya matahari pingin deh rasanya ingin cepat sampai Cagar alam bukan karena penasaran dengan Cagar alamnya tapi karena panasnya kagak kuat hehehehe apalagi kalo nyeker jalannya pasti kaya kangguru dikejar macan kumbang hahaha.

Akhirnya nyampe juga di pintu gerbang Cagar Alam. Kata si Endin di Cagar Alam banyak monyetnya, jadi penasaran pingin buru-buru masuk. Setelah beli tiket kami siap memasuki Cagar Alam. Kami memasuki dengan penuh gaya bagaikan turis asing yang sedang touring. Apalagi si Mefhta dengan gayanya yang cool, pakai kacamata hitam yang dibelinya sebelum nyampe sini, bawa tas ransel gede, sambil membawa anduk kecil pokonya kaya turis deh tapi sayang di tas nya tercantel panci outdoor menggelantung, jadinya kayak tukang tambal panci deh hahahahahaha. Eh bener belum jauh kami masuk segerombolan monyet nampak di mana-mana. Ada yang kecil ada yang gendut dan ada yang berewok, dan ada yang botak di kepala. Sayang gak beli kacang kulit euy, kalo beli aja pasti kami jadi artis dadakan dikerumunin, dipilih! Dipilih!yang jauh mendekat yang dekat merapat hahahaha kaya tukang dagang di pasar aja. Kami terus berjalan menuju tujuan kami, pantai pasir putih. Setelah menaiki gunung menuruni lembah akhirnya sampe juga di pantai pasir putih. Kami harus mencari tempat yang enak buat masang tenda. Tempatnya lumayan enak karena posisinya di cagar alam alias hutan jadinya kita bisa berteduh sambil memandangi pantai yang ada dihadapan kami. Oh ya di sana kami melihat perempuan bule beserta ibunya sambil membawa camera photograpernya. Dalam hati sih ingin nyapa, tapi gimana bhs inggrisku pas-pasan takutnya nanti kaya jaka sembung bawa golok, gak nyambung nyok!

Ternyata suami si Bule orang Ciapus Ha ha… Tapi Syuer Anaknya Kayak Artis Holywood

Huh dasar ternyata suaminya orang ciapus taman sari, kirain suaminya juga bule. Akhirnya kami kenalan sama suaminya namanya mas Aris. Ternyata orang bule suaminya orang Sunda euy. Kami banyak ngobrol sama mas Aris termasuk bagaimana dia bisa nikah sama tuh bule asal Jerman. Kata mas Aris , dia kenal tuh bule waktu dia dulu kerja di salah satu hotel di Bogor. Si perempuan bule itu waktu itu sedang kuliah di IPB dan sering menginap di hotel tempat mas Aris kerja, Waktu itu mas Aris bekerja sebagai room boy, karena sering ketemu akhirnya mas Aris naksir deh. Mas Aris yang duluan menyatakan hasratnya haha maksudnya mas Aris yang mengajak nikah duluan sama tuh bule, karena si bulenya respon akhirnya mereka nikah deh. Mas Aris diajak sama tuh bule ke Jerman dan nikah di sana. Mas Aris akhirnya tinggal dan kerja di sana. Sekarang mas Aris sudah punya anak satu. Anaknya lucu deh mukanya kayak actor pemeran utama film “die hard” hehehe. Kata mas Aris keluarga istrinya senang jika anak-anaknya nikah dengan bangsa lain apalagi Indonesia karena keturunannya bagus dan cakep-cakep katanya. Adik istrinya mas Aris juga nikah dengan orang bangsa lain.

Mas Aris main ke Pangandaran bersama istri dan ibu mertuanya langsung dari Jerman ke Pangandaran. Mas Aris juga ngajak teman-temanya yang di Indonesia. Anda pingin bisa ke luar negri? Nikah saja sama bule hahaha.



to be coninued...




















5 komentar:

  1. wah saya look at glance... keren euy.. setiap moment ada fotnya... saya baca offline tar malamm... sy harus blajar bikin laporan perjalanan ma budi nih....

    BalasHapus
  2. hahaha... seneng saya bacanya ... biar bisa bergaya yang cool lagi...

    pangandaran pantai kenangan kita...

    dah lama sy gak ketemu c hari ndut.. ibunya bilang dia sekarang lebih endut lagi... haha...

    barusan saya sms hari,,, c budi bilang hari gendut di blognya... dia bales "bodo... haha..hha"

    trus budi mau nikah ma orang dari negara mana atuw???...



    ayo kita kepantai lagi...

    akhir bulan in saya mau ke pantai pameungpeuk garut... ada kenalan nelayan di sana.. rencana mau tiga hari pasang tenda disana ma temen sekampus.. disana bukan tempat wisata... tapi kampung nelayan dan masih hutan... wess pasti asyik banget.. rencananya tar kita2 mau bantuin nelayan nyari ikan di laut .. bantuin biar nelayannya jadi repot... gara2 ada kita ... hweehe...

    BalasHapus
  3. Wah sekarang dah awal agustus, gmn jadi ke pamempeuk, ih seneng banget pengen ke pantai lagi, mau dunk ikut, asyik ih kalo jadi bisa ikut nelayan nyari ikan. kpn2 kita ke sana yuk!

    BalasHapus
  4. waduh ada lagi, sory bud saya baru liat blognya hehehehehehehe....................

    BalasHapus
  5. Pagi kedua.. adegan kita sholat shubuh kesiangan dan selama sholat para monyet pretelin isi tas kita bud blok ketulis hehe

    Sholat shubuh jd rada ga khusu krn monyet2 udah berisik haha..

    Akhirnua selesia sholat kita lgsg lompat ke tas dan monyet2 kocar kacir ke segala arah.. sambil masing2 pegang barang kita.. ada yg bawa botol minum.. bawa keresek isinya bumbu dan minyak goreng dll.. kita kita bingung mau ngejar yg mana duluan krn monyet2 kabur ke segala mata angin hahaha.. dan dan akhirnya ada yg bisa diambil lagi dan ada yg dibawa kabur monyet ke atas pohon hehehe

    BalasHapus