Sabtu, Desember 06, 2008

Mental Orang Jepang Luar biasa!

Sabtu, 6 Des 2008
Hari ini aku sebel karena sampai detik nafasku ini aku belum dapat ijasah S1ku. Sudah terlalu lama aku menunggu, sudah hampir 4 bulanan cape deh hati ini. Padahal semua sudah beres, skripsi sudah dijilid dan di tanda tangani, biaya administrasi dan biaya wisuda semuanya sudah lunas, tapi kok belum juga keluar ijasahnya. “Ada apa ya?” hatiku berkata. Apa karena aku mahasiswa beasiswa. Ah masa segitunya! tapi Wallhu a’lam kenapa. Yang jelas kampusku telah membuat aku kecewa.
Mereka tidak bekerja professional(maaf jika kata-kataku salah).

Hal ini jadi pelajaran bagi diri saya bahwa profesi apa pun kita mulai dari kita sebagai teman apalagi sampai menjabat suatu jabatan penting kita harus tetap bersikap profesional. Kerja profesional itu kita bekerja sesuai dengan hak dan kewajiban yang seharusnya kita penuhi, tidak boleh ada yang dilanggar dan tidak boleh ada yang dikecewakan intinya kita harus berbuat yang semestinya. Dalam kasusku ini aku sudah mengikuti semua prosedur. Mereka mengatakan jika skripsinya sudah dijilid dan ditandatangani dan biaya-biaya sudah dilunasi semua maka aku bisa mendapatkan ijasahku tetapi kenyatannya berbeda sampai sekarang mereka belum memberikan ijasahku.

Tadi pagi aku sms lagi ke dosen (gak tahu sms yang ke berapa, yang jelas saya sudah lelah (hati) sms terus) menanyakan kapan ijasahnya bisa di ambil. Tidak lama dosenku membalas smsku. Katanya ijasahnya sedang dikoreksi disamakan datanya dengan biodata SMA. Kalau aku boleh komentar masa hanya untuk mengkoreksi biodata memakan waktu berhari-hari. Ini lah karakter orang Indonesia yang segalanya serba late. Ini introfeksi buat yang nulis dan juga teman-teman. Berbeda sekali dengan karakter orang-orang Jepang, bahkan jauh banget.

Aku pernah dapat cerita dari teman, seorang mahasiswa dari IPB yang baru saja pulang dari Jepang. Dia bercerita kepadaku di masjid UI pada waktu pertemuan rutin MAESTRO MUDA INDONESIA beberapa minggu yang lalu. Ya, dia mewakili Indonesia dalam acara pertemuan mahasiswa pertanian di Jepang selama seminggu. Namanya Syaukani. Aku sungguh tertegun mendengar ceritanya tentang budaya orang Jepang walaupun sebenarnya aku sudah tahu tentang karakter orang Jepang yang katanya ulet dan kerja keras tetapi tidak sedetail yang Syaukani ceritakan,karena Syaukani mengalaminya sendiri. Pokoknya luar biasa deh.

Syaukani bercerita, waktu itu dia mau menyebrang jalan bersama teman-temannya. Waktu itu memang lampu masih berwarna merah jadi orang-orang tidak menyebrang sebelum lampu berwarna hijau. Padahal waktu itu jalan kosong tidak ada mobil lewat jadi sebenarnya bisa saja mereka menyebrang toh gak ada hukuman walaupun mereka menyebrang. Syaukani mengajak teman-temannya yang dari Jepang untuk menyebrang karena jalan kosong tetapi mereka tetap tidak mau menyebarang sebelum lampu berwarna hijau. luar biasa ya!
Kalau di Indonesia boro-boro kosong, ada mobil aja main nyebarang aja tanpa aturan kaya jalan milik m’bahnya saja. Wah! Hebat yah mentalnya orang Jepang! Kapan ya kita kaya gitu??? Cerita ini jadi ingat iklan rokok di televisi di mana ada seorang pengendara wanita yang melanggar lalulintas lalu tiba-tiba seorang polisi memergokinya dan berkata,”Kenapa kamu melanggar?” “Kan gak ada yang lihat” kata si pengendara wanita sambil tersenyum malu.

Syaukani juga bercerita kalau di Jepang orang-orangnya suka antri walaupun hujan turun. Syaukani pernah melihat kalau di sana bus-bus berjejer rapih ketika transit di halte, jadi yang datang duluan di depan, yang datang belakangan ya di belakang. Kemudian orang-orang yang mau naik pada antri rapih kaya antri di loket padahal waktu itu hujan sedang turun tapi mereka tetap aja berada dalam barisan tidak membubarkan diri dan berebut naik. Sungguh luar biasa ya!

Syaukani bercerita juga tentang kereta api di Jepang. Kata Syaukani kereta api di sana mempunyai keterlambatan 6 detik. Wow! Fantastic! Di sana ada lima jalur kereta. Dua jalur kereta di atas dan tiga jalur kereta di bawah tanah yang posisinya bertingkat. Bagaimana membuat jalur kereta di atas dan di bawah tanah apa tidak ambruk kalau ada gempa. Jadi, dalam satu waktu bisa ada lima kereta berjejer dari atas ke bawah saking tepat waktunya bahkan ketika kereta sedang berjalan bisa ada lima kereta yang yang berjalan berbarengan.

Syaukani melanjutkan. Dari stasiun satu ke stasiun lainnya ada keterangan waktunya. Misalnya kita mau ke stasiun A ke stasiun B maka kita tinggal melihat jadwal kereta di hanphone (kayanya pakai internet. Kita dapat mengetahui jadwal kereta yang akan kita naiki dan lama waktu yang ditempuh dari stasiun A ke B. Semuanya tepat waktu. Luar biasa! Everyting is just in time

Lalu di dalam stasiun orang tidak bisa berjalan sembarangan karena jalan di sana dibagi dua saling berlawanan seperti jalan mobil. Bayangkan saja jalan tol jagorawi dibagi dua, kan? yang satu ke Jakarta dan yang satu lagi ke Bogor. Nah, seperti itu kira-kira. Jadi, orang-orang tidak bertabrakan karena setiap orang berjalan sesuai dengan jalurnya masing-masing.

Sepanjang perjalanan Syaukani di Jepang, jarang sekali malah hampir tidak pernah melihat mobil pribadi di jalan raya, yang ada hanya transportasi umum, bus. Kenapa ya? Memang seperti itu kalau di negara-negara maju, jarang sekali mobil pribadi berkeliaran di jalan karena pajak di sana sangat mahal bahkan mau membuat SIM mobil saja sangat mahal bisa mencapai 20 jutaan (kata A’ Aris orang Ciapus(Indoenesia) yang tinggal di Jerman) dan tidak mudah mendapatkannya. Jadi, orang akan berfikir seribu kali untuk membawa mobil pribadi ke kantor. Lebih baik naik kendaraan umum karena lebih murah biayanya. Ya, ini semua dilakukan pemerintah mereka untuk mengurangi kemacetan. Seperti halnya di Belanda, orang-orang di sana juga ketika berpergian lebih senang naik kendaraan umum ketimbang kendaraan pribadi. Berbeda dengan di Ibu Kota Indonesia tercinta, Jakarta. Orang Jakarta lebih senang naik mobil pribadi ke kantor, wajar sih karena lebih aman dan nyaman ketimbang naik kendaran umum. Maka jangan aneh Jakarta isinya hanya mobil-mobil pribadi saja. Memang untuk bisa seperti negara-negara maju yang membatasi mobil pribadi ke luar rumah perlu didukung dengan sistem transportsi umum yang baik jadi, orang-orang yang punya mobil akan lebih senang untuk menggunakan transportasi umum. Tetapi kalau sistem transportasinya masih belum baik; sering macet, rawan pencopetan dan perampokan ya susah lebih naik mobil pribadi lebih nyaman dan terjamin keamanannya.

Kembali ke Jepang, Syaukani melanjutkan ceritanya. Selama dia berada di sebuah kampus di Jepang, dia belum melihat selama di kampus tersebut motor atau mobil pribadi sekalipun, yang ada hanya kumpulan sepeda yang banyak yang berjejer rapih di samping kampus. Ya, banyaknya seperti kumpulan motor-motor yang terparkir di kampus-kampus di Indonesia. Berarti mereka dari dosen sampai mahasiswanya naik sepeda ke kampus. Hebat ya! Kalau dosen atau mahasiswa di Indonesia naik sepeda ke kampus mau gak ya?
Oh ya ada kejadian yang menarik. Syaukani pernah ditanya oleh salah seorang mahasiswa Jepang, “Kamu punya mobil di Indonesia?” tanya mahasiswa Jepang. Kemudian Syaukani menjawab, “Ya, punya” Apa kira-kira yang dikatakan mahasiswa Jepang selanjutnya? Dia berkata,”Berarti kamu kaya ya?” Syaukani terkejut padahal mahasiswa Jepang tersebut kalau menurut Syaukani dia orang kaya juga tetapi menganggap Syaukani orang kaya hanya karena punya mobil. Heum..Orang Jepang yang kita anggap kaya saja tidak punya mobil, apalagi yang punya mobil kayaknya seperti apa ya?? Mungkin pejabat atau pengusaha besar. Tidak seperti di Indonesia kaya sedikit saja beli mobil, itu pun kredit lagi hehehehehehehehehe

Mudah-mudahan mental kita bisa seperti orang-orang Jepang Amin padahal mereka tidak mempunyai agama tetapi mereka mengerti apa yang seharusnya mereka perbuat. Sedangkan kita mempunyai agama;Islam yang mengatur kehidupan kita tetapi mengapa hidup kita tidak seperti orang Jepang yang sebenarnya mental seperti itu merupakan ajaran Islam. Mereka bukan orang Islam tetapi mereka lebih islami dari kita.

8 komentar:

  1. betul2...
    ku terpesona oleh mental2nya orang jepun...
    mereka sangat disiplin walau dalam agama mataharinya gak mengatur masalh itu detailed

    walau...
    dijepun sono... sex diluar nikah tidak dianggap tabu...
    yang penting udah 18 tahun keatas.. udah bebas ngapain aja tanpa intimidasi ortu (ini yang bilang tmen yang kul di jepang) hiiii....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo pindah jepang.... bisa masukin anu ke punyanya cewek tanpa nikah.... oooooyyyaaaaaaa anaru sekkusu

      Hapus
  2. ya, sebenarnya hal kecil seperti itu kadang terabaikan! tapi masalahnya, masalah yang dipunyai orang Indonesia juga bukan hanya mental, tapi Mindset orang kita yang agak "katro" alias ketinggalan jaman dibandingkan orang-orang diluar sana.. Penuntasannya harus di bantu juga kayaknya oleh pemerintah!, seperti mengadakan pengenmbangan kepribadian dsb.

    Hiduplah Indonesiaku!

    BalasHapus
  3. betul sekali, cuma kita juga perlu ingat budaya shinto dan zen buddhism disana sangat mempengaruhi karakter kedisiplinan mereka. Kemarin saya baru nonton discovery chanel yang banyak sekali menjelaskan tentang prinsip hidup orang jepang. Luar biasa sekali d, patut ditiru demi kemajuan diri sendiri dan bangsa indonesia

    BalasHapus
  4. sex di indonesia sebenarnya juga bebas hanya ditutup tutupi saja. Orang Jepang dan Eropa tidak munafik, semua bebas melakukan apa saja asal tidak menganggu ketertiban umum. Bangsa kita terlalu banyak mencampuri urusan orang lain

    BalasHapus
  5. wah
    salut deh sama orang-orang Jepang

    BalasHapus