Selasa, Desember 02, 2008

Bagaimana Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang Lain BAB 1(resume)

“HOW TO WIN FRIENDS AND INFLUENCE PEOPLE”
Bagaimana Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang lain
Sumber: Buku By Dale Carnegie

Pengantar Untuk Edisi Revisi
Bagaimana Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang Lain pertama kali diterbitkan pada tahun 1937 dalam satu edisi yang hanya berjumlah lima ribu eksemplar. Baik Dale maupun penerbitnya, simn and Schuster, tidak menduga penjualannya akan lebih banyak dari ini. Yang membuat mereka tercengang, ternyata buku ini menjadi sensasi dalam semalam, dan edisidemi edisi terus dicetak untuk memenuhi permintaan publik yang terus meningkat. Bagaimana Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang Lain mengambil pisisi sebgai salah satu buku internasional terlaris sepanjang masa dalam sejarah penerbitan. Buku ini menyentuh hatidan memenuhi kebutuhan manusia yang lebih dari sekadar fenomena mode dari masa-masa pasca depresi, seperti yang dibuktikan oleh penjualannya yang terus berlangsung sampai tahun delapan puluhan, hampir setengah abad kemudian.

BAB I
Teknik-teknik mendasar dalam menangani manusia

“Kalau Anda Ingin Mengumpulkan Madu, Jangan Tendang Sarang Lebahnya”

Pada tangal 7 Mei , 1931, perburuan penjahat paling sensasional di kota New York yang pernah dikenal akhirnya sampai pada klimaksnya. Setelah berminggu-minggu pencaraian, Crowley si “Dua Senjata”-sang pembunuh, perampok bersenjata yang tidak merokok dan tidak minum minuman keras- berada dalam posisi bertahan, terjebak dalam apartemen kekasihnya di West End Avenue.

Seratus lima puluh polisi dan detektif mengepung tempat persembunyiannya. Mereka membuat lubang-lubang di atap; mereka berusaha memancing keluar Crowsley, si “pembunuh polisi”,’ dengan gas air mata. Kemudian mereka menyiapkan senapan mesindi gedung-gedung di sekitarnya, dan lebih dari satu jam area pemukiman New York dipenuhi suara letusan senjata. Crosley merangkak di belakang kursi, membalas tembakan polisi tanpa henti. Sepuluh ribu orang tercekam menyaksikan pertempuran ini. Belum pernah kejadian ini terjadi di pinggir jalan New York.

Ketika Crowley tertangkap, Komisaris Polisi E.P. Mul Rooney menyatakan bahwa si bandit dua-senjata merupkan salah satu dari kriminal paling berbahaya yang pernah tercatat di New York. “ Dia akan membunuh,”ujar sang Komisioner,”hanya karena jatuhnya sehelai bulu.

Tapi bagaimana Crowsley si “Dua Senjata” memandang dirinya sendiri? Kita tahu, karena tatkala polosi memberondong apatermennya, dia menulis sepucuk surat yang ditujukan “Untuk mereka yang berkepentingan.” Dan, ketika dia menulis, darah mengalir dari lukanya meninggalkan jejak merah di kertas. Dalam suratnya ini, Crowley berkata”Dibalik pakaian saya ada sebuah hati yang letih, tapisebuah hati yang baik-yang tidak tega melukai siapapun.”

Beberapa saat sebelum hal ini terjadi, Crowley baru saja negadakan pesta kencan dengan pacarnya di pinggir kota Lon Island. Tiba-tiba seorang polisi muncul menghampiri mobil, dan meminta:”Coba lihat surat mengemusi Anda.” Tanpa berkata sepatah pun, Crowley menarik picu senjatanya dan menembak polisi itu hingga mandi darah. Tatkala polisi yang menjasi korban itu jatuh, Crowley melompat keluar mobil, merampas senjatanyadan menembakakan sebutir peluru lagi ke tubuh tak berdaya itu. Dan itulah si pembunuih yang berkata:”Di balik pakaian saya ada hati yang letih tapi sebuah hati yang baik-hati yang tidak tega menyakiti siapapun.”

Crowley dihukum mati di kursi listrik. Begitu dia tiba di penjara Sing Sing, apakah dia berkata,”Ini yang saya perolah karena membunuh orang-orang”? Tidak, dia berkata:” Ini yang saya peroleh karena membela diri.”


Hal paling penting dati kisah ini adalah: Crowley si “Dua Senjata”tidak menyalahkan dirinya sama sekali. Apakah itu sikap yang tidak biasa di antara para criminal? Kalau Anda begitu dengarkan ini:

“Saya sudahmelewatkan tahun-tahun dalam hidup saya memberi orang-orang kesenangan, membantu mereka menikmati hidup, dan apa yang saya peroleh adalah perlakuan kejam, sebagai orang-orang yang diburu-buru.”

Itu yang diucapkan Al Capone. Ya, musuh masyarakat paling terkenal- pemimpin gang paling kejam yang pernah membantai Chicago. Capone tidak mengutuk dirinya sendiri. Dia sebenarnya menganggap dirinya sebagai dermawan-dermawan yang tidak pernah dihargai dan dimegerti secara keliru.

Saya pernah surat-menyurat dengan Lewis Lawes, yang merupakan sipir penjara Sing Sing New York yang terkenal selama bertahun-tahun, tentang masalah ini, dan dia menyatakan bahwa “hanya sedikit dari para Kriminal di Sing Sing menganggap diri mereka orang jahat. Mereka sama manusiawinya seperti Anda dan saya. Jadi mereka membuat rasionalisasi, mereka menerangkan. Mereka bisa mengatakan kepada Anda kenapa mereka harus menembak dengan menarik picu senjata begitu gesit. Hamper semua dari mereka berusaha memberi alas an , keliru atau logis, untuk membenarkan tindakan-tindakan antisosial mereka, bahkan untuk mereka sendiri, karenanya denga keras berpendapat bahwa mereka tidak patutu dipenjara.

Kalau Al Capone, Crowley dan para wanita dan pria putus asa di balik dinding penjara itu tidak menyalahkan diri mereka sendiri sama sekali-bagaimana halnya dengan orang-orang dengan siapa Anda dan saya berhubungan?

Jhon Wanamaker, pendiri toko-toko Amerika yang memakai namanya, pernah mengakui:”Saya sudah tiga puluh tahun yang lalu bahwa sungguh bodoh untuk memerahi orang lain. Saya sudah mempunyai cukup masalah dalam mengatasi keterbatasan say sendiri tanpa memperdulikan fakta bahwa Tuhan tidak membagikan secara merata kemampuan inteligensi seseorang.”

Jhon Wanamaker mendapat pelajaran ini dengan cepat, tapi saya sendiri harus membuat kesalahan besar di dunia yang sudah tua ini selama sepertiga abad sebelum saya sadar bahwa sembilan puluh sembilan kali dari seratus, orang tidak mengkritik dirinya sendiri sama sekali, tidak peduli betapa salahnya apa yang sudah dilakukannnya.

Kritik hal yang sia-sia karena menempakan seseorang dalam posisi difensif dan biasanya membuat orang itu berusaha mempertahankan dirinya. Kritik itu berbahaya, karena melukai rasa kebanggaan seseorang, melukai perasaaan pentingnya, dan membangkitkan rasa benci.

B.F. Skinner, seorang psikolog terkenal di dunia, membuktikan lewat pengalaman-pengalamannya bahwa seekor binatang yang diberi hadiah karena tingkah laku baik, akan belajar lebih cepat dan menyimpan apa yang dipelajarinya dengan jauh lebih efektif, dibandingkan dengan seekor binatang yang dihukum karena bertingkah laku buruk. Studi-dtudi berikutnya menunjukkan bahwa hal yang sama juga berlaku pada manusia. Dengan mengkritik kita tidak membuat perubahan yang langgeng dan seringkali malah menimbulkan rasa benci.

Han Selye, seorang psikolog besar lainnya berkata, “Kehausan kita akan persetujuan, sama besarnya dengan ketakutan kita kepada kritik.”

Rasa benci yang ditimbulkan oleh kritik dapat menurunkan semangat kerja pegawai, anggota keluarga dan kawan-kawan, dan tetap tidak memperbaiki situasi yang sudan dikritik.

George B. Johnston dari Enid, Oklahoma, seorang koordinator keamanan untuk sebuah perusahaan rekayasa. Salah satu tanggung jawabnya adalah memastikan bahwa para pekerja harus memakai topi pengaman pada saat mereka berada di tempat kerja lapangan. Dia akan melaporkan kalau dia melihat ada pekerja yang tidak menggunakan topi pengaman, menyampaikan secara panjang lebar peraturan yang harus mereka patuhi. Hasilnya, dia mendapat penerimaan yang tidak simpatik dari mereka yang kesal, danseringkali setelah di apergi, para pekerja itu akan menanggalkan topi mereka.

Dia memutuskan untuk mecoba pendekatan yang berbeda. Saat berikutnya bila dia menemukan pekerja yang tidak memakai topi pengaman, dia bertanya apakah topi itu tidak nyaman dipakai atau tidak cukup pas untuk mereka. Kemudia dia mengingatkan pekerja itu dengan nada menyenangkan bahwa topi itu dirancang untuk melindungi mereka dari kecelakaan, dan menyarankan agar topi itu selalu digunakan di tempat kerja. Hasilnya adalah kesadaran untuk mematuhi peraturan tanpa rasa kesal dan benci.

Sebagai ganti dari mencerca orang, mari kita coba untuk mengerti mereka. Mari kita berusaha mengerti mengapa mereka melakukan apa yang mereka lakukan. Hal itu jauh lebih bermanfaat dan menarik minat dari pada kritik; dan melahirkn simpati, toleransi dan kebaikan hati. “ untuk benar-benar mengenal semua, kita harus memaafkan semua.”

PRINSIP 1 : Jangan mengkritik, mencerca atau mengeluh.
Bersambung ke BAB II klik di sini

7 komentar:

  1. wow panjang euy blog nya.. saya save pages aja dlu ah....

    BalasHapus
  2. Wah, mantap dibikin resumenya! saya tertarik dengan bukunya kira-kira masih ada ga ya sekarang bukunya? terimakasih resumenya!

    BalasHapus
  3. Bisnis KUMU: bukunya masih ada tapi di toko-toko buku bekas karena kalau yang asli sdh tidak ada.

    BalasHapus
  4. http://blorabooming.blogspot.com/

    BalasHapus
  5. ada yang tau tempat download ebooknya gak?

    BalasHapus